Senin, 26 Maret 2012

Editor Bahasa


MATERI KEBAHASAAN

1. PANJANG KALIMAT
Dalam masalah keterbacaan, penelitian menunjukkan bahwa kalimat yang terlalu panjang tidak akan mudah dipahami oleh pembacanya. Untuk perbandingan, di bawah ini disajikan penelitian keterbacaan kalimat dalam surat kabar bagi orang dewasa. Kita dapat menggunakan kutipan keterbacaan yang diambil dari surat kabar itu sebagai pegangan (Mencher, 1997: 165).

PANJANG KALIMAT
KETERBACAAN
8 kata atau kurang
Sangat mudah dipahami
11 kata
Mudah dipahami
14 kata
Agak mudah dipahami
17 kata
Standar
21 kata
Agak sulit dipahami
25 kata
Sulit dipahami
29 kata atau lebih
Sangat sulit dipahami.

2. PENGGUNAAN KATA
Jika dalam kalimat ditemukan kata-kata dalam daftar berikut, kata itu harus diperiksa lebih teliti. Kata-kata yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.

A.    BILA. Dalam kalimat bertingkat yang bersifat pengandaian, kata sambung yang digunakan adalah JIKA bukan BILA. Kata sambung lain yang boleh digunakan adalah APABILA atau JIKALAU. Kata BILA adalah kata tanya yang menanyakan waktu, misalnya “Bilakah kamu akan sampai di Jakarta?” Bentuk nonformal dari kata JIKA adalah KALAU atau KALO. Jadi, jika ditemukan kata BILA sebagai kata sambung, kata itu wajib diganti dengan JIKA.

SALAH
PERBAIKAN
Bila terserang diare, perbanyak minum air.
Jika terserang diare, perbanyak minum air.
Selanjutnya, untuk acara lain-lain, saya serahkan Bapak-bapak bila masih punya usul.
Acara selanjutnya saya serahkan kepada Bapak-bapak jika Bapak-bapak masih punya usul.
Bila ada teman jatuh kita ...
Jika ada teman jatuh kita ...
Kerjakan secara berkelompok, bila ada kesulitan bertanyalah kepada gurumu!
Kerjakan secara berkelompok, bila ada kesulitan bertanyalah kepada gurumu!

B.     TAPI. Jika dalam teks ditemukan kata TAPI, kita perlu waspada. Kata TAPI hanya dapat digunakan dalam bentuk percakapan langsung (yang ada di antara tanda kutip). Masalahnya, kata TAPI adalah bentuk ragam lisan dan nonformal. Dalam bentuk ragam tulis yang formal, harus digunakan kata TETAPI sebagai kata sambung dalam kalimat. Jika diletakkan di awal kalimat sebagai kata sambung antarkalimat, ungkapan yang digunakan adalah AKAN TETAPI.

SALAH
PERBAIKAN
Tetapi aku pernah mendengar cerita, salah seorang anak Pak Kebun rusak giginya.
Akan tetapi, aku pernah mendengar cerita bahwa salah seorang anak Pak Kebun rusak giginya.

C.     MASING-MASING, SETIAP. Penggunaan kedua kata ini sering digunakan secara salah. Kata MASING-MASING merupakan kata ganti tak tentu. Jadi, kata itu tidak dapat diikuti oleh kata benda. Kata SETIAP merupakan numeralia. Jadi, sebaliknya, kata SETIAP harus diikuti oleh kata benda yang ditandainya. Contoh:

SALAH
PERBAIKAN
Masing-masing lampu merkuri yang rusak diganti oleh lampu yang baru.
Setiap lampu merkuri yang rusak diganti oleh lampu yang baru.
Masing-masing tali dari setiap ujung disatukan dengan benda pemberat.
Tali dari setiap ujung disatukan dengan benda pemberat.

Masing-masing sibuk menjalankan tugas.

Anak-anak pulang ke rumah masing-masing.

D.    SEMUA, SELURUH. Banyak orang menggunakan kata SELURUH untuk menandai kata benda yang dapat dihitung, padahal seharusnya digunakan kata SEMUA. Kata SELURUH menyatakan suatu keutuhan, misalnya “seluruh Nusantara”. Kata SEMUA menyatakan kata benda yang dapat dihitung “semua siswa harus hadir”.

SALAH
PERBAIKAN
Seluruh anggota Koperasi Usaha Siswa diminta untuk melengkapi persyaratan administrasi.
Semua anggota Koperasi Usaha Siswa diminta untuk melengkapi persyaratan administrasi.
Para tetangga datang berkunjung. Seluruhnya turut berduka cita.
Para tetangga datang berkunjung. Semua turut berduka cita.

E.     BAHWA, KALAU. Seringkali penulis menggunakan kata sambung KALAU untuk menghubungkan anak kalimat tidak langsung kepada induknya. Kata sambung KALAU digunakan untuk hubungan pengandaian. Untuk kalimat tidak langsung digunakan kata sambung BAHWA. Contoh:



SALAH
PERBAIKAN
Ia tidak mengetahui kalau ada satu baju yang hanyut dibawa air.
Ia tidak mengetahui bahwa ada satu baju yang hanyut dibawa air.
Beberapa orang yang telah dijumpainya mengatakan kalau mereka tidak tahu tentang baju itu.
Beberapa orang yang telah dijumpainya mengatakan bahwa mereka tidak tahu tentang baju itu.

F.     KATA DAERAH, KATA ASING, atau KATA SERAPAN. Secara tidak disengaja, penulis sering memasukkan kata daerah yang tidak ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Misalnya, raseksi. Kata daerah yang tidak ada dalam kamus, sebaiknya, dihindari. Jika kata daerah terpaksa digunakan, sebaiknya, disertakan kamus kecil/mini untuk menambah khazanah kata siswa. Hal yang sama perlu diperhatikan untuk kata serapan. Jika kata serapan terpaksa digunakan, sebaiknya disertakan kamus kecil. Misalnya untuk kalimat berikut ini:

PEMILU merupakan aspirasi rakyat untuk mengoreksi pemerintahan dan membentuk pemerintahan baru.

Dalam kalimat ini ada dua kata serapan, yakni aspirasi dan koreksi (mengoreksi). Sebaiknya, setelah teks, dicantumkan uraian tentang makna kata tersebut, mengingat bahwa pengguna buku ini adalah siswa kelas 6 SD.



3. PELETAKAN KATA

Ada sejumlah kata yang tidak boleh diletakkan di awal kalimat. Akan tetapi, kita masih sering menjumpai kata-kata itu di awal kalimat:

1.   Karena
Karena bisa membuat anak-anak Pak Kebun gembira
2.   Sehingga
Sehingga pinangannya kutolak.
3.   Hingga
Hingga yang tersisa hanya tunas dekat akarnya.
4.   Tetapi
Tetapi untuk menghlangkan semua itu, Pak Kebun harus memotong dahan-dahanku.
5.   Yang
Yang dia pikirkan adalah baju yang hanyut itu harus dibawa pulang.
6.   Yaitu
Yaitu makanan yang ...
7.   Dan
Dan buahku kecil serta masam.
8.   Sedangkan
Sedangkan penderitanya akan membuang air besar lebih dari tiga kali dalam dua puluh empat jam.
Sedang kepada Bawang Putih, anak tirinya janda itu sangat kejam.

4. TANDA BACA KOMA

          i.    Mengikuti keterangan yang diletakkan di awal kalimat. Sebuah keterangan (keterangan waktu, tempat, cara, dan anak kalimat) yang diletakkan di awal kalimat dipisahkan oleh KOMA dari induk kalimat/kalimat inti. Contoh,

1.     Suatu hari, kami berkunjung ke rumah Tante Novi.
2.     Dengan gembira, Bawang Putih pulang.
3.     Karena lelah, ia tak mengetahui bahwa ada baju yang hilang.
4.     Di kota maupun di desa, telah ada sepeda motor.

         ii.    Mengikuti kata sambung antarkalimat. Ada kata sambung yang menghubungkan dua buah kalimat. Kata sambung itu diletakkan di awal kalimat dan diikuti oleh KOMA.

1.     Agaknya, ...
2.     Akan tetapi, ...
3.     Akhirnya, ...
4.     Akibatnya, ...
5.     Artinya, ...
6.     Biarpun begitu, ...
7.     Biarpun demikian, ...
8.     Berkaitan dengan hal itu, ...
9.     Dalam hal ini, ...
10.   Dalam  hubungan ini, ...
11.    Dalam konteks ini, ...
12.   Dengan kata lain, ...
13.   Di samping itu, ...
14.   Di satu pihak, ...
15.   Di pihak lain, ...
16. Jadi, ...
17.     Jika demikian, ...
18.     Kalau begitu, ...
19.     Kalau tidak salah, ...
20.    Kecuali itu, ...
21.     Lagi pula, ...
22.    Meskipun begitu, ...
23.    Meskipun demikian, ...
24.    Oleh karena itu, ...
25.    Oleh sebab itu, ...
26.    Pada dasarnya, ...
27.    Pada hakikatnya, ...
28.    Pada prinsipnya, ...
29.    Sebagai kesimpulan, ...
30.    Sebaiknya, ...
31.     Sebaliknya, ...
32.    Sebetulnya, ...
33.         Sebelumnya, ...
34.         Sebenarnya, ...
35.         Sehubungan dengan itu,
36.         Selain itu, ...
37.         Selanjutnya, ...
38.         Sementara itu, ...
39.         Sesudah itu, ...
40.         Setelah itu, ...
41.          Sesungguhnya, ...
42.         Sungguhpun begitu, ...
43.         Sungguhpun demikian, ...
44.         Tambahan lagi, ...
45.         Tambahan pula, ...
46.         Untuk itu, ...
47.         Walaupun begitu, ...
48.         Walaupun demikian, ...

       iii.    Mendahului kata sambung di dalam kalimat. Sebuah kalimat menjadi panjang jika ada dua buah klausa di dalamnya. Kata sambung di dalam kalimat (intrakalimat) yang bersifat pertentangan didahului oleh koma. Contoh,
1.     ... , namun ...
2.     ... , padahal ...
3.     ... , sedangkan ...
4.     ... , tetapi ...

        iv.    Mendahului kata sambung di dalam kalimat. Sebuah kalimat dapat diikuti oleh contoh di dalamnya. Biasanya, dalam kalimat itu akan ada kata sambung dalam kalimat (intrakalimat) yang mendahului pengandainya. Contoh,
1.     ... , seperti ...
2.     ... , yaitu/yakni ...
3.     ... , misalnya ...

         v.    Mengapit kata keterangan. Sebuah kata keterangan yang terletak dalam kalimat harus diapit oleh KOMA.
1.     ... , ternyata, ...
2.     ..., antara lain, ...
3.     ... , tadinya, ...
4.     ... , agaknya, ...

        vi.    Mengapit kata fatis
1.     ... , lho, ...
2.    ... , dong, ...
3.    ... , kok, ...

6. PENGGUNAAN PARTIKEL
  1. Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
  2. Partikel  pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Kecuali bagi kelompok yang lazim dianggap padu, yang hanya ada 12 kata, yaitu adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, sekalipun, sungguhpun, meskipun,  dan walaupun.
  3. Partikel per  yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.

26 komentar:

  1. artikel ini sangat berfaedah, terimakasih pak

    BalasHapus
  2. sangat bermanfaat... Thank you very much! :)

    BalasHapus
  3. Terimakasih pemaparannya, artikelnya sangat bermanfaat 🙏

    BalasHapus
  4. Sangat bermanfaat, terima kasih :)

    BalasHapus
  5. Terimakasih pembahasannya pak, sangat bermanfaat👍👍👍

    BalasHapus
  6. artikelnya luar biasa, pak. Sangat membantu saya yang masih belajar :).

    BalasHapus
  7. Luar biasa sekali, Pak. Terimaasih

    BalasHapus
  8. saya ikut belajar n izin copas ilmunya taro di note, biar ngg searching trus

    BalasHapus
  9. Trimakasih. Sangat bermanfaat pak
    Tp sedikit bertanya, klo boleh tau refrensinya dari mna ya?? mau ngutip.. Soalnya Gk boleh klo dr blog
    Dan sedikit perbaikan pada pembahasan kata "bila" Di akhir contoh, yg bnar dan salah itu sama2 menggunakan kata "bila".

    BalasHapus
  10. MasyaAllah pak, terimakasih atas ilmu yang dibagikan. Sangat bermanfaat.

    BalasHapus
  11. Terima kasih ..saya sangat terbantu :)

    BalasHapus
  12. M nuwun, artikel ini menambah wawasan pembacanya, termasuk saya...

    BalasHapus
  13. Makasih Pak, sangat bermanfaat🙏

    BalasHapus
  14. Terimakasih sangat mudah dipahami.

    BalasHapus
  15. Ijin bertanya kak, untuk akhiran -ku apakah digabung dengan kata yang mendahuluinya atau dipisah kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Misalnya : Asramaku, Tuhanku, hafalanku, dll

      Hapus
  16. wua terimakasih pak, ilmunya sangat bermanfaat.

    BalasHapus
  17. Izin bertanya,bagaimana dengan kata "sebab" di sebuah kalimat apakah ditambahi koma? Dan jika iya diletakkan di sebelum atau setelah kata sebab?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan bagaimana dengan kata di diskusikan? Haruskah di nya digabung atau dipisah?

      Hapus
  18. Terimakasih pak, tulisannya sangat membantu.

    BalasHapus
  19. Terima kasih, artikel ini sangat membantu 🙏🏻

    BalasHapus