MATERI KEBAHASAAN
1.
PANJANG KALIMAT
Dalam masalah keterbacaan,
penelitian menunjukkan bahwa kalimat yang terlalu panjang tidak akan mudah
dipahami oleh pembacanya. Untuk perbandingan, di bawah ini disajikan penelitian
keterbacaan kalimat dalam surat kabar bagi orang dewasa. Kita dapat menggunakan
kutipan keterbacaan yang diambil dari surat kabar itu sebagai pegangan
(Mencher, 1997: 165).
PANJANG KALIMAT
|
KETERBACAAN
|
8 kata atau kurang
|
Sangat mudah dipahami
|
11 kata
|
Mudah dipahami
|
14 kata
|
Agak mudah dipahami
|
17 kata
|
Standar
|
21 kata
|
Agak sulit dipahami
|
25 kata
|
Sulit dipahami
|
29 kata atau lebih
|
Sangat sulit dipahami.
|
2.
PENGGUNAAN KATA
Jika dalam kalimat ditemukan kata-kata dalam
daftar berikut, kata itu harus diperiksa lebih teliti. Kata-kata yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut.
A. BILA. Dalam kalimat bertingkat yang bersifat pengandaian, kata
sambung yang digunakan adalah JIKA bukan BILA. Kata sambung lain yang boleh
digunakan adalah APABILA atau JIKALAU. Kata BILA adalah kata tanya yang
menanyakan waktu, misalnya “Bilakah kamu
akan sampai di Jakarta?” Bentuk nonformal dari kata JIKA adalah KALAU atau
KALO. Jadi, jika ditemukan kata BILA sebagai kata sambung, kata itu wajib
diganti dengan JIKA.
SALAH
|
PERBAIKAN
|
Bila terserang diare,
perbanyak minum air.
|
Jika terserang diare,
perbanyak minum air.
|
Selanjutnya, untuk acara lain-lain, saya
serahkan Bapak-bapak bila masih
punya usul.
|
Acara selanjutnya saya serahkan kepada
Bapak-bapak jika Bapak-bapak masih
punya usul.
|
Bila ada teman jatuh kita
...
|
Jika ada teman jatuh kita
...
|
Kerjakan secara berkelompok, bila ada kesulitan bertanyalah kepada
gurumu!
|
Kerjakan secara berkelompok, bila ada kesulitan bertanyalah kepada
gurumu!
|
B. TAPI. Jika dalam teks ditemukan kata TAPI, kita perlu waspada. Kata
TAPI hanya dapat digunakan dalam bentuk percakapan langsung (yang ada di antara
tanda kutip). Masalahnya, kata TAPI adalah bentuk ragam lisan dan nonformal.
Dalam bentuk ragam tulis yang formal, harus digunakan kata TETAPI sebagai kata
sambung dalam kalimat. Jika diletakkan di awal kalimat sebagai kata sambung
antarkalimat, ungkapan yang digunakan adalah AKAN TETAPI.
SALAH
|
PERBAIKAN
|
Tetapi aku pernah mendengar
cerita, salah seorang anak Pak Kebun rusak giginya.
|
Akan
tetapi,
aku pernah mendengar cerita bahwa salah
seorang anak Pak Kebun rusak giginya.
|
C. MASING-MASING, SETIAP. Penggunaan kedua kata ini sering digunakan
secara salah. Kata MASING-MASING merupakan kata ganti tak tentu. Jadi, kata itu
tidak dapat diikuti oleh kata benda. Kata SETIAP merupakan numeralia. Jadi,
sebaliknya, kata SETIAP harus diikuti oleh kata benda yang ditandainya. Contoh:
SALAH
|
PERBAIKAN
|
Masing-masing lampu merkuri yang
rusak diganti oleh lampu yang baru.
|
Setiap lampu merkuri yang
rusak diganti oleh lampu yang baru.
|
Masing-masing
tali
dari setiap ujung disatukan dengan benda pemberat.
|
Tali dari setiap ujung disatukan dengan benda
pemberat.
|
|
Masing-masing
sibuk
menjalankan tugas.
|
|
Anak-anak pulang ke rumah masing-masing.
|
D. SEMUA, SELURUH. Banyak orang menggunakan kata SELURUH untuk
menandai kata benda yang dapat dihitung, padahal seharusnya digunakan kata
SEMUA. Kata SELURUH menyatakan suatu keutuhan, misalnya “seluruh Nusantara”. Kata SEMUA menyatakan kata benda yang dapat
dihitung “semua siswa harus hadir”.
SALAH
|
PERBAIKAN
|
Seluruh anggota Koperasi Usaha
Siswa diminta untuk melengkapi persyaratan administrasi.
|
Semua anggota Koperasi Usaha
Siswa diminta untuk melengkapi persyaratan administrasi.
|
Para
tetangga datang berkunjung. Seluruhnya turut
berduka cita.
|
Para
tetangga datang berkunjung. Semua
turut berduka cita.
|
E. BAHWA, KALAU. Seringkali penulis menggunakan kata sambung KALAU
untuk menghubungkan anak kalimat tidak langsung kepada induknya. Kata sambung
KALAU digunakan untuk hubungan pengandaian. Untuk kalimat tidak langsung
digunakan kata sambung BAHWA. Contoh:
SALAH
|
PERBAIKAN
|
Ia tidak mengetahui kalau ada satu baju yang hanyut dibawa air.
|
Ia tidak mengetahui bahwa ada satu baju yang hanyut dibawa air.
|
Beberapa orang yang telah dijumpainya mengatakan
kalau mereka tidak tahu tentang
baju itu.
|
Beberapa orang yang telah dijumpainya mengatakan
bahwa mereka tidak tahu tentang
baju itu.
|
F. KATA DAERAH, KATA ASING, atau KATA SERAPAN. Secara tidak disengaja,
penulis sering memasukkan kata daerah yang tidak ada dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Misalnya, raseksi. Kata
daerah yang tidak ada dalam kamus, sebaiknya, dihindari. Jika kata daerah
terpaksa digunakan, sebaiknya, disertakan kamus kecil/mini untuk menambah khazanah
kata siswa. Hal yang sama perlu diperhatikan untuk kata serapan. Jika kata
serapan terpaksa digunakan, sebaiknya disertakan kamus kecil. Misalnya untuk
kalimat berikut ini:
PEMILU merupakan aspirasi
rakyat untuk mengoreksi pemerintahan
dan membentuk pemerintahan baru.
Dalam kalimat ini ada dua
kata serapan, yakni aspirasi dan koreksi (mengoreksi). Sebaiknya, setelah teks, dicantumkan uraian tentang
makna kata tersebut, mengingat bahwa pengguna buku ini adalah siswa kelas 6 SD.
3.
PELETAKAN KATA
Ada sejumlah kata yang tidak boleh diletakkan di
awal kalimat. Akan tetapi, kita masih sering menjumpai kata-kata itu di awal
kalimat:
1.
Karena
Karena bisa
membuat anak-anak Pak Kebun gembira
2.
Sehingga
Sehingga
pinangannya kutolak.
3.
Hingga
Hingga yang
tersisa hanya tunas dekat akarnya.
4.
Tetapi
Tetapi untuk
menghlangkan semua itu, Pak Kebun harus memotong dahan-dahanku.
5.
Yang
Yang dia
pikirkan adalah baju yang hanyut itu harus dibawa pulang.
6.
Yaitu
Yaitu
makanan yang ...
7.
Dan
Dan buahku
kecil serta masam.
8.
Sedangkan
Sedangkan
penderitanya akan membuang air besar lebih dari tiga kali dalam dua puluh empat
jam.
Sedang
kepada Bawang Putih, anak tirinya janda itu sangat kejam.
4.
TANDA BACA KOMA
i. Mengikuti keterangan yang
diletakkan di awal kalimat. Sebuah keterangan (keterangan waktu, tempat, cara,
dan anak kalimat) yang diletakkan di awal kalimat dipisahkan oleh KOMA dari
induk kalimat/kalimat inti. Contoh,
1. Suatu hari, kami berkunjung ke rumah Tante Novi.
2. Dengan gembira, Bawang Putih pulang.
3. Karena lelah, ia tak mengetahui bahwa ada baju yang hilang.
4. Di kota maupun di desa, telah ada sepeda motor.
ii. Mengikuti kata sambung
antarkalimat. Ada kata sambung yang menghubungkan dua buah kalimat. Kata
sambung itu diletakkan di awal kalimat dan diikuti oleh KOMA.
1. Agaknya, ...
2. Akan tetapi, ...
3. Akhirnya, ...
4. Akibatnya, ...
5. Artinya, ...
6. Biarpun begitu, ...
7. Biarpun demikian, ...
8. Berkaitan dengan hal
itu, ...
9. Dalam hal ini, ...
10. Dalam hubungan ini, ...
11. Dalam konteks ini, ...
12. Dengan kata lain, ...
13. Di samping itu, ...
14. Di satu pihak, ...
15. Di pihak lain, ...
16. Jadi, ...
|
17. Jika demikian, ...
18. Kalau begitu, ...
19. Kalau tidak salah, ...
20. Kecuali itu, ...
21. Lagi pula, ...
22. Meskipun begitu, ...
23. Meskipun demikian, ...
24. Oleh karena itu, ...
25. Oleh sebab itu, ...
26. Pada dasarnya, ...
27. Pada hakikatnya, ...
28. Pada prinsipnya, ...
29. Sebagai kesimpulan, ...
30. Sebaiknya, ...
31. Sebaliknya, ...
32. Sebetulnya, ...
|
33.
Sebelumnya, ...
34.
Sebenarnya, ...
35.
Sehubungan dengan itu,
36.
Selain itu, ...
37.
Selanjutnya, ...
38.
Sementara itu, ...
39.
Sesudah itu, ...
40.
Setelah itu, ...
41.
Sesungguhnya, ...
42.
Sungguhpun begitu, ...
43.
Sungguhpun demikian, ...
44.
Tambahan lagi, ...
45.
Tambahan pula, ...
46.
Untuk itu, ...
47.
Walaupun begitu, ...
48.
Walaupun demikian, ...
|
iii. Mendahului kata sambung di
dalam kalimat. Sebuah kalimat menjadi panjang jika ada dua buah klausa di
dalamnya. Kata sambung di dalam kalimat (intrakalimat) yang bersifat
pertentangan didahului oleh koma. Contoh,
1. ... , namun ...
2. ... , padahal ...
3. ... , sedangkan ...
4. ... , tetapi ...
iv. Mendahului kata sambung di
dalam kalimat. Sebuah kalimat dapat diikuti oleh contoh di dalamnya. Biasanya,
dalam kalimat itu akan ada kata sambung dalam kalimat (intrakalimat) yang
mendahului pengandainya. Contoh,
1. ... , seperti ...
2. ... , yaitu/yakni ...
3. ... , misalnya ...
v. Mengapit kata keterangan.
Sebuah kata keterangan yang terletak dalam kalimat harus diapit oleh KOMA.
1. ... , ternyata, ...
2. ..., antara lain, ...
3. ... , tadinya, ...
4. ... , agaknya, ...
vi. Mengapit kata fatis
1. ... , lho, ...
2. ... , dong, ...
3. ... , kok, ...
6.
PENGGUNAAN PARTIKEL
- Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
- Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang
mendahuluinya. Kecuali bagi kelompok yang lazim dianggap padu, yang hanya
ada 12 kata, yaitu adapun, andaipun,
ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, sekalipun,
sungguhpun, meskipun, dan walaupun.
- Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’
ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
artikel ini sangat berfaedah, terimakasih pak
BalasHapussangat bermanfaat... Thank you very much! :)
BalasHapusTerimakasih pemaparannya, artikelnya sangat bermanfaat 🙏
BalasHapusSangat bermanfaat, terima kasih :)
BalasHapusTerimakasih pembahasannya pak, sangat bermanfaat👍👍👍
BalasHapusartikelnya luar biasa, pak. Sangat membantu saya yang masih belajar :).
BalasHapusLuar biasa sekali, Pak. Terimaasih
BalasHapussaya ikut belajar n izin copas ilmunya taro di note, biar ngg searching trus
BalasHapusTrimakasih. Sangat bermanfaat pak
BalasHapusTp sedikit bertanya, klo boleh tau refrensinya dari mna ya?? mau ngutip.. Soalnya Gk boleh klo dr blog
Dan sedikit perbaikan pada pembahasan kata "bila" Di akhir contoh, yg bnar dan salah itu sama2 menggunakan kata "bila".
Terima kasih pak, sangat membantu
BalasHapusTerima kasih banyak, Bapak.
BalasHapusMasyaAllah pak, terimakasih atas ilmu yang dibagikan. Sangat bermanfaat.
BalasHapusTerima kasih ..saya sangat terbantu :)
BalasHapusM nuwun, artikel ini menambah wawasan pembacanya, termasuk saya...
BalasHapusMakasih Pak, sangat bermanfaat🙏
BalasHapusBagus nih
BalasHapusSangat bermanfaat^^
BalasHapusTerima kasih
BalasHapusTerimakasih sangat mudah dipahami.
BalasHapusIjin bertanya kak, untuk akhiran -ku apakah digabung dengan kata yang mendahuluinya atau dipisah kak?
BalasHapusMisalnya : Asramaku, Tuhanku, hafalanku, dll
Hapuswua terimakasih pak, ilmunya sangat bermanfaat.
BalasHapusIzin bertanya,bagaimana dengan kata "sebab" di sebuah kalimat apakah ditambahi koma? Dan jika iya diletakkan di sebelum atau setelah kata sebab?
BalasHapusDan bagaimana dengan kata di diskusikan? Haruskah di nya digabung atau dipisah?
HapusTerimakasih pak, tulisannya sangat membantu.
BalasHapusTerima kasih, artikel ini sangat membantu 🙏🏻
BalasHapus